ALAT BANTU NAPAS BAYI RSUD ULIN BERHASIL MASUK TOP 99 INOVASI PELAYANAN PUBLIK 2018 KEMENPAN RB
Kamis, tanggal 13-09-2018
Karya besar penemuan alat bantu napas alternatif bagi bayi atau dikenal dengan istilah Babies Respiratory Distrees Recovery Deviece (BiRD). Prof Dr dr Ari Yunanto. SpA sang inovator mempresentasikan adanya inovasi di depan tim dewan juri di ruang rapat utama Kemenpan RB, Jl. Jendral Sudirman, Jakarta pada hari Rabu 11 Juli 2018, dari tiga penyebab kematian utama pada bayi, yakni gawat napas, infeksi, berat lahir rendah atau premature. “Gawat napas salah satu terbesar angka kematian bayi. Sementara alat bantu napas yang dapat memberikan tekanan positif yang kontinu, yaitu Continous Positve airway pressure (CPAP), jumlahnya sangat terbatas di rumah sakit puskemas-puskesmas kabupaten/ kota kalsel. Dijelaskannya, alat bantu pernapasan bayi yang dijual dipasaran cukup mahal yaitu Rp91.763.000,00 faktor mahalnya alat CPAP menyebabkan rumah sakit kabupaten/kota atau puskesmas kekurangan alat ini. Sementara ibu hamil yang melahirkan dan harus mendapat pertolongan , jumlahnya tidak bisa diprediksi. Teknologi pembuatannya sangat sederhana dengan cara memodifikasi peralatan yang ada menjadi sebuah alat bantu pernapasan bayi, kalau di rupiahkan satu alat yang dibuat hanya mengeluarkan biaya Rp280.000,00. Dan keunggulannya,mudah dalam penggunaannya, karena alat ini hasil modifikasi dari alat medis yang sehari-hari digunakan dokter atau perawat dalam membantu proses persalinan. Direktur RSUD Ulin dr. Hj Suciati, M.Kes yang turut mendampingi menambahkan penemuan alat bantu pernapasan bayi itu terbukti mampu mengurangi angka kematian bayi terbukti dari data sejak alat ini diciptakan tahun 2008 gawat napas dari 15 persen menjadi 9 persen pada 2014.